Langsa // Mitra Rakyat News . Com
Kota Langsa tengah menghadapi krisis sampah yang semakin mengkhawatirkan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Langsa ( Ade Putra Siregar S.T) mengungkapkan, timbulan sampah di kota ini telah mencapai 60 ton per hari. Namun, pengelolaan masih belum optimal sehingga menimbulkan tumpukan yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Kebun Ireng, Kecamatan Langsa Lama. Kebun Ireng, Minggu 14 September 2025.
Berdasarkan pantauan awak media dan LSM Cakra Dunia pada Minggu pagi, 14/09/2025 terlihat tumpukan sampah di TPA Kebun Ireng sudah menggunung hingga puluhan meter. Bau menyengat tercium jelas, dan beberapa titik terlihat dipenuhi lalat yang berpotensi membawa penyakit.
“Setiap hari bau sampah semakin parah, terutama saat musim hujan. Kami hanya bisa pasrah, padahal retribusi sudah dibayar. Sampai kapan harus seperti ini?” ujar salah seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya.
Peringatan dari DLH
Kepala DLH Kota Langsa menegaskan bahwa krisis ini harus segera ditangani. “60 ton sampah per hari bukan jumlah kecil. Jika tidak dikelola dengan baik, risiko pencemaran dan wabah penyakit bisa meningkat,” ujarnya.
Desakan Publik
Masyarakat mendesak pemerintah kota untuk:
Menambah armada pengangkut dan memperbaiki sistem manajemen sampah.
Mengoptimalkan pengelolaan TPA Kebun Ireng agar tidak semakin overload.
Menerapkan program pemilahan sampah berbasis rumah tangga.
Melibatkan masyarakat dan komunitas lingkungan dalam mencari solusi jangka panjang.
Suara dari LSM
“Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Darurat 60 ton adalah alarm keras bagi kita semua. Hasil pantauan kami menunjukkan tumpukan sampah di TPA sudah menggunung hingga puluhan meter dan harus segera ditangani,” ujar Pak Helmi, Ketua LSM Cakra Dunia.
Pak Helmy juga mempertanyakan penanganan limbah air (lindi) dari TPA Kebun Ireng yang berpotensi mencemari air tanah.
“Pemerintah harus transparan. Limbah air dari tumpukan sampah itu mengalir ke mana? Apakah ada instalasi pengolahan? Jika tidak ada, ini ancaman serius bagi kesehatan masyarakat sekitar,” tegasnya.
Ia menambahkan, pengelolaan sampah tidak boleh hanya sebatas mengumpulkan dan menimbun. “Sudah saatnya Kota Langsa memiliki sistem pengelolaan yang efektif: daur ulang sampah, pemanfaatan organik menjadi kompos, dan pengolahan anorganik menjadi produk bernilai jual. Sampah seharusnya menjadi sumber ekonomi berkelanjutan, bukan sumber masalah,” tutupnya.
Wartawan: (Aqsha)